JawaPos.com – Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Maneger Nasution menekankan pentingnya pemulihan psikologis terhadap anak perempuan korban penganiayaan dan pelecehan seksual di Malang, Jawa Timur. Menurut Nasution, apa yang dialami korban adalah kejadian yang akan berdampak panjang terhadap psikologisnya.

“Apalagi korban berusia anak dan masa depannya masih panjang. Jangan sampai kejadian yang menimpa terus membekas dan membayangi korban hingga dia dewasa,” kata Nasution dalam keterangannya, Kamis (25/11).

Selain itu, Nasution mendesak penegak hukum dapat memproses kasus tersebut tanpa melupakan pemulihan bagi korban. LPSK membuka pintu jika korban dan keluarga atau pengacara, mengajukan permohonan perlindungan ke LPSK.

Karena sebagai representasi negara, kehadiran LPSK bertujuan memberikan perlindungan dan bantuan bagi korban tindak pidana. Salah satunya tindak pidana tertentu yang menjadi prioritas penanganan di LPSK adalah kekerasan terhadap anak.

’’Korban dapat mengakses perlindungan dan bantuan medis, termasuk rehabilitasi psikologis dan psikososial melalui LPSK. Tidak itu saja, korban juga dapat mengajukan restitusi atau ganti kerugian terhapap pelaku yang proses perhitungannya dilakukan LPSK,” tegas Nasution.

Pada kasus penganiayaan dan pelecahan seksual di Malang ini, Nasution juga menyayangkan mereka yang menjad pelaku juga berusia anak. Kejadian ini menggambarkan bagaimana kondisi pendidikan terhadap anak-anak saat ini sehingga memerlukan perhatian ekstra dari banyak pihak.

’’Perlu perhatian ekstra dari kita semua. Beban itu bukan saja menjadi tanggung keluarga, tetapi tenaga pendidik, pemerintah daerah dan lingkungan masyarakat,” imbuh dia menandaskan.

Sebelumnya, Mentik (nama rekaan), 13, bocah putri penghuni salah satu panti asuhan di Kecamatan Blimbing Kamis sore (18/11) diduga jadi korban perkosaan yang dilakukan YG, 18. Tak hanya itu, dia juga jadi korban aksi bengis para remaja putri atau anak baru gede (ABG) berinisial A, R, A, D, Y, A, dan A terhadap Mentik diunggah di video.

Dalam video berdurasi 2 menit 29 detik tersebut, para penyiksa seperti tidak punya hati. Bahkan aksinya melebihi hewan. Bocah yang masih duduk di kelas 6 SD swasta tersebut jadi sansak hidup. Bocah yang masih lugu itu dipukul ramai-ramai, ditendang kepalanya hingga berdarah-darah.

Sesekali sandal pelaku mampir di wajah dan kepala korban, bahkan darahnya bercucuran melumuri wajah korban. Bukannya rasa iba dari para pelaku, mereka justru tertawa-tawa.

Lebih miris lagi, mereka tanpa ada belas kasihan meminta korban untuk foto bareng dengan kondisi wajah masih bengap berlumuran darah. Foto tersebut juga diunggah di media sosial oleh para pelaku. (*)