JawaPos.com–Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyebut salah satu alasannya maju sebagai ketua umum PBNU untuk menghidupkan kembali idealisme, visi dan cita-cita Gus Dur.

”Alasan mencalonkan sebagai ketua umum PBNU merupakan momentum sangat tepat untuk menghadirkan kembali Gus Dur,” kata Gus Yahya seperti dilansir dari Antara usai bedah buku Menghidupan Gus Dur (Catatan Kenangan KH Yayha Cholil Staquf) di Jakarta, Minggu (19/12).

Menurut Gus Yahya, idealisme, visi dan cita-cita dari KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur masih relevan sampai sekarang. Secara sosiologis, dia melihat hal itu masih akan relevan hingga puluhan tahun akan datang.

”Persoalannya, Gus Dur telah tiada, tetapi kita masih butuh kegusduran,” ujar Gus Yahya.

Gus Yahya menjelaskan, yang dibutuhkan adalah membangun sesuatu yang bisa menjadi subsitusi kehadiran Gus Dur tersebut. Hal itu bisa dilakukan dengan konstruksi berdasar organisatoris.

”NU menjadi media yang paling tepat untuk membangun kembali,” ucap Gus Yahya.

Gus Yahya menyatakan, melihat dinamika baik domestik maupun internasional, apa yang dahulu digagas dan diperjuangkan Gus Dur ternyata relevan sekali dengan momentum saat ini. ”Kita lihat, banyak masyarakat yang mengekspresikan rasa rindu dengan Gus Dur,” tutur Gus Yahya.

Secara konstruksi organisasi, Gus Yahya menilai belum ada upaya yang nyata dalam menghidupkan kembali Gus Dur. Ketika dipercayakan sebagai ketua PBNU, menurut dia, banyak cara untuk mengidupkan kembali Gus Dur. Misalnya membangun agenda nasional dijababarkan dalam program-program yang harus dilaksanakan instrumen NU hingga ke tingkatan ranting.

”Ini merupakan gagasan Gus Dur, tetapi belum pernah dibangun melalui satu strategi yang tepat,” terang Gus Yahya.

Gus Yahya menambahkan, Gus Dur pernah mempunyai ide untuk membangun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai ke tingkat kecamatan dengan memanfaatkan jaringan instrumen NU.

Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 dijadwalkan 22–23 Desember di Lampung. Dua kandidat yang diperkirakan berkompetisi yakni Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya dan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.

Muktamar NU diperkiran diikuti 2.295 peserta, berasal dari 34 PWNU (102 orang), 521 PCNU (1.563 orang), 31 PCINU (93 orang), serta 14 badan otonom (42 orang), dan 18 lembaga (54 orang) di tingkat pusat. Selain itu, ditambah utusan PBNU dari unsur syuriyah (32 orang), mustasyar (15 orang), a’wan (20 orang), dan tanfidziyah (38 orang) ditambah panitia sebanyak 336 orang.