JawaPos.com- Sesuai rundown panitia Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung, pemilihan ketua umum PBNU baru dijadwalkan pada Kamis (23/12) malam. Tepatnya, mulai pukul 21.30-24.00 WIB. Namun, bisa jadi rencana tersebut molor.

Potensi molor lantaran pembahasan dan pengesahan tata tertib (tatib) Muktamar ke-34 NU belum selesai. Hingga Rabu (21/12) malam, pukul 21.58 WIB, pleno masih berjalan. Padahal, sesuai dalam rundown agenda tersebut dijadwalkan bisa selesai pukul 15.30 WIB.

Lalu, setelah tatib tuntas, dilanjutkan dengan laporan pertanggungjawaban pengurus PBNU 2015-2020 dan pernyataan demisioner.

Bahkan, saat pembahasan tatib Muktamar yang dipimpin Prof M. Nuh (ketua stering commite) suasana sempat menghangat. Ada peserta terlihat emosional, kemudian ditenangkan satgas. Di sela-sela suasana itu, salawat pun menggema dari ruang sidang pleno yang bertempat di kampus UIN Raden Intan Bandar Lampung tersebut.

M. Mukri, ketua panitia daerah Muktamar ke-34 NU, menyatakan, kalau perbedaan pendapat dalam sebuah forum itu wajar. Perdebatan itu tentu terjadi sama-sama memiliki tujuan baik. Yang jelas, pada akhirnya kembali berjalan lancar. ‘’Masalah tatib itu wajar sepanjang masih tetap berpegang pada AD/ART,’’ ujarnya kepada para wartawan di arena.

Memang, pada setiap pelaksanaan muktamar, tatib menjadi salah satu isu yang paling kerap menjadi perdebatan. Mulai soal legalitas atau SK kepesertaan hingga syarat-syarat pencalonan ketua umum PBNU,

Sementara itu, calon ketua umum PBNU tetap mengental pada dua tokoh. Yakni, Prof KH Said Aqil Siraj (petahana) dan KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya (katib Aam). Hingga berita ini ditulis, kedua pendukung sama-sama mengklaim telah mengantongi dukungan mayoritas. Yang jelas, berdasar pantauan JawaPos.com di arena muktamar, paling banyak baliho bergambar Gus Yahya. Beberapa tulisan dalam baliho itu adalah Gus Yahya Penerus Gus Dur.

Sebelum pemilihan ketua umum PBNU dilaksanakan melalui voting, lebih dulu akan dilakukan pemilihan ahlul halli wal aqdi (AHWA). Rencananya pemilihan AHWA digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Darussa’adah, Lampung Tengah, yang menjadi arena pembukaan muktamar.

AHWA tersebut terdiri atas sembilan kiai khos yang diusulkan syuriah dari PCNU dan PWNU seluruh Indonesia. Nah, sembilan kiai sepuh itulah yang akan bermusyawarah untuk memilih Rais Aam.

Setelah Rais Aam tuntas, baru dilaksanakan pemilihan ketua umum PBNU. Calon ketua umum atau ketua tanfidziyah itu juga harus terlebih dulu mendapatkan restu dari Rais Aam terpilih terlebih dulu.