JawaPos.com – Keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 lagi-lagi mendapat pujian dari luar negeri. Kali ini, apresiasi datang dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat Antony Blinken. Dia menyampaikan pujian itu saat bertemu dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Luhut mengatakan, dalam pertemuan tersebut, Blinken terperangah melihat capaian Indonesia. Baik dalam penanganan pandemi Covid-19 maupun upaya menjaga perekonomian saat pandemi. ”Kita dipuji seluruh dunia, Antony Blinken juga menyampaikan apresiasinya bahwa Indonesia bisa melakukannya,” ungkapnya dalam webinar kemarin (15/12).
Dia menjelaskan, kasus penularan Covid-19 bisa dijaga ketat melalui kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Hasilnya, dalam 152 hari, kasus positif Covid-19 berhasil ditekan tanpa kenaikan masif. Positivity rate juga rendah, nyaris di bawah 1 persen. Melihat hal itu, dia berharap pada Januari 2022 pandemi sudah bisa berubah menjadi endemi. ”Tapi, kita tidak boleh jemawa. Kita terus monitor day by day, bukan mingguan, bersama satgas,” ungkapnya.
Pengawasan itu juga dilakukan terhadap varian Omicron yang sedang ”mengamuk” di sejumlah negara. Mulai tingkat keparahan hingga efikasi vaksin Covid-19 terhadap varian baru tersebut. Menurut Luhut, tingkat keparahan infeksi Omicron sebenarnya rendah. Itu terlihat dari angka perawatan di rumah sakit yang rendah. Begitu pula tingkat kematian. Di Afrika Selatan yang menjadi negara awal penularan Omicron, efikasi vaksin buatan Pfizer hanya 22,5 persen, tapi mampu menahan gejala berat. Lalu, di UK diketahui bahwa booster vaksin Pfizer dan AstraZeneca berhasil menaikkan perlindungan hingga 70‒75 persen.
Kendati demikian, pemerintah tak ingin mengambil risiko. ”Kita tetap berjaga-jaga. Sekarang kita mengetatkan orang masuk dari luar negeri, kita nggak mau Omicron masuk,” tegasnya.
Luhut menekankan, pemerintah tak kaku soal kebijakan penanganan pandemi. Termasuk soal karantina. Pernah ada diskresi-diskresi yang diberikan, tapi tetap dengan perhitungan matang. Misalnya, dalam kegiatan G20 di Bali untuk para perwakilan negara-negara sahabat yang datang.
Tapi, dia enggan jika hal itu disebut plinplan. Menurut dia, pemerintah mengutak-atik kebijakan berlandas basis data kesehatan yang ada. Selain itu, ada simulasi yang dibuat para ahli epidemiologi. ”Jangan katakan pemerintah nggak konsisten. Apanya nggak konsisten, lihat nggak datanya,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyinggung soal persiapan menghadapi libur Natal dan tahun baru (Nataru). Dia meyakinkan, pemerintah sudah lebih siap. Mulai sisi testing, tracing, hingga vaksinasi yang terus dikejar. Termasuk dilaksanakannya vaksinasi anak usia 6‒11 tahun dan segera dimulainya vaksinasi booster pada awal tahun depan.