JawaPos.com – Kementerian Kesehatan akan memulai pelaksanaan vaksinasi booster pada 12 Januari 2022 dengan sejumlah merek vaksin. Pemberian booster ditentukan dari hasil riset oleh peneliti dan juga ketersediaan vaksin di dalam negeri.

“Vaksin booster dilakukan gratis untuk masyarakat Indonesia berusia 18 tahun ke atas dan sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap atau 2 kali dosis suntik minimal 6 bulan lalu,” tegas Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Selasa (11/1).

Vaksin booster berasal dari kontrak pengadaan tahun lalu maupun juga ada tambahan stok vaksin yang signifikan baik dari kerja sama COVAX dan juga kerja sama bilateral. Kerja sama negara-negara dalam COVAX memberikan bantuan 30 persen dosis vaksin untuk 27 juta masyarakat Indonesia atau setara 54 juta dosis vaksin yang diterima total dari tahun lalu dan tahun ini.

“Pemerintah memberikan booster dengan pertimbangan ketersediaan vaksin yang ada di tahun ini. Jenisnya berbeda dengan tahun lalu. Dan kami pertimbangkan dengan hasil riset, dalam negeri dan luar negeri,” jelas Menkes Budi.

Siapa saja yang akan diberikan booster?

“Prioritas diberikan pada lansia dan kelompok rentan atau immunocompromised,” kata Menkes Budi.

Ia menegaskan vaksin booster penting untuk mencegah varian baru. Vaksinasi booster akan diberikan di puskesmas dan juga RSUD dan RS milik pemerintah.

Vaksin booster juga diberikan secara homolog dan heterolog. Apa itu?

Vaksin booster homolog adalah vaksin yang sama dengan vaksin sebelumnya. Yaitu dosis ketiga sama dengan dosis satu dan dua. Misalnya, seseorang memakai Coronavac dari Sinovac untuk dosis 1 dan 2, lalu dosis 3 juga memakai Coronavac.

Sedangkan vaksin booster heterolog adalah booster yang berbeda dengan dua dosis awalnya. Jadi dua dosis sebelumnya berbeda dengan dosis ketiga. Misalnya dosis 1 dan 2 seseorang disuntik Coronavac dari Sinovac, lalu dosis 3 disuntik Pfizer atau Moderna.

Hal itu karena semakin banyaknya varian yang muncul dan terbatasnya jumlah vaksin. Sehingga penelitian di luar negeri mencoba mencampur vaksin booster dengan jenis dan merek yang berbeda.

Lalu apa saja pilihan vaksin untuk booster mulai 12 Januari?

Bagi penerima primer dosis 1 dan 2 adalah Sinovac, maka vaksin boosternya adalah setengah dosis Pfizer.

Bagi penerima primer dosis 1 dan 2 adalah Sinovac, maka vaksin boosternya adalah setengah dosis AstraZeneca.

Bagi penerima primer dosis 1 dan 2 adalah AstraZeneca, maka vaksin boosternya adalah setengah dosis Moderna.

“Ini adalah kombinasi awal dari vaksin booster berdasarkan ketersediaan vaksin yang ada dan hasil riset disetujui BPOM dan ITAGI yang nantinya akan berkembang. Seluruh kombinasi ini sudah dapat persetujuan dari BPOM dan ITAGI. Ini sudah sesuai dengan rekomendasi WHO, di mana bisa gunakan vaksin sejenis atau homolog, atau juga vaksin berbeda atau heterolog. Ini diberikan keleluasaan pada masing-masing negara, sesuai dengan kondisi ketersediaan vaksin dan logistik,” tutupnya.