JawaPos.com – Kabupaten Jember, Jawa Timur kembali diterpa bencana banjir sejak Kamis (20/1) pukul 21.50 WIB. Banjir meluas hingga merendam lima kecamatan dengan Tinggi Muka Air (TMA) bervariasi mulai dari 70 hingga 90 sentimeter.
“Banjir yang terjadi setelah hujan lebat, menyebabkan meluapnya Sungai Petung dan berdampak pada beberapa desa di lima Kecamatan, antara lain Desa Pakis di Kecamtan Panti, Desa Badean dan Desa Petung di Kecamatan Bangsalsari. Selanjutnya Desa Rambigudam dan Desa Pecoro di Kecamatan Rambipuji, Desa Klungkung di Kecamatan Sukorambi dan Kecamatan Kaliwates,” kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keterangannya, Jumat (21/1).
Dari laporan Tim Reaksi Cepat yang melakukan kaji cepat di lapangan, tercatat sebanyak 124 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 455 jiwa terdampak. Sementara itu, 10 diantaranya mengungsi di Masjid Baiturrahman Pecoro. Selain itu, kerugian materi tercatat 16 unit rumah terdampak dan 3 unit rumah rusak sedang.
Muhari memastikan, petugas BPBD Kabupaten Jember telah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk penanganan korban, terutama untuk evakuasi dan bantuan logistik korban terdampak. Kondisi di lokasi kejadian saat ini beberapa lokasi sudah surut, termasuk di wilayah Jembatan Badean yang sebelumnya terendam juga telah surut.
“Akan tetapi, kondisi aliran sungai masih deras, untuk itu warga diimbau tetap waspada jika air kembali naik. Pembersihan material lumpur sisa banjir juga dilakukan petugas dibantu para relawan,” ucap Muhari.
Pada kajian inaRISK, lanjut Muhari, BNPB mengidentifikasi sebanyak 31 kecamatan memiliki potensi bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Tiga kecamatan yang saat ini terdampak termasuk pada wilayah dengan potensi bahaya tersebut.
Oleh karena itu, BNPB mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk waspada dan siap siaga dalam mengantisipasi dan melakukan mitigasi dampak bencana hidrometeorologi basah pada puncak musim hujan pada Januari hingga Februari nanti. Antisipasi ini dapat dilakukan dengan berbagai langkah, seperti memantau dan membersihkan material yang menghambat aliran sungai.
“Persiapan tempat evakuasi sementara dengan protokol kesehatan, dan sosialisasi kepada warga untuk rencana kesiapsiagaan keluarga terutama kepada warga yang lokasi rumahnya rawan banjir,” pungkas Muhari.