JawaPos.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah menjalankan Kurikulum Prototipe di 2.500 sekolah penggerak dan 1.000 SMK Pusat Keunggulan. Tahun ini, kurikulum tersebut akan diterapkan yang bersifat opsional.

Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemendikbudristek, Anindito Aditomo pun menyampaikan, pada 2024 mendatang, kurikulum tersebut akan diterapkan secara nasional. Hal tersebut akan menandakan berakhirnya kebijakan Kurikulum 2013.

“Kurikulum prototipe akan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024. Dengan kata lain, pergantian berikutnya baru akan terjadi setelah kurikulum yang sebelumnya (K-13) diterapkan 11 tahun,” ungkap dia dalam akun Instagram-nya, @ninoaditomo dikutip, Jumat (7/1).

Menurutnya, tahun 2024 merupakan waktu yang tepat untuk menjalankan kurikulum tersebut. Sebab, laju perubahan kurikulum nasional saat ini sangat melambat.

Setidaknya dari 2013 hingga sekarang, kurikulum itu telah melewati setidaknya empat menteri pendidikan. Di antaranya Mohammad Nuh, Anies Baswedan, Muhadjir Effendy dan Nadiem Makarim.

“Ini waktu yang cukup untuk menetapkan pergantian kurikulum. Dan “ganti menteri ganti kurikulum” itu miskonsepsi, keliru secara faktual,” kata pria yang akrab disapa Nino ini.

Sementara untuk kurikulum sekolah, wajar jika terus berubah karena dilakukan perbaikan secara rutin berdasarkan evaluasi penerapan pada tahun atau bahkan semester sebelumnya. Kurikulum sekolah juga perlu di-update karena adanya perubahan karakteristik murid serta perkembangan isu kontemporer.

Oleh karena itu, kerangka kurikulum nasional harus betul-betul dirancang sebagai kerangka yang bisa dan harus dikembangkan lebih lanjut oleh masing-masing sekolah. Jika kerangka nasionalnya dirancang secara preskriptif, misalnya dengan memasukkan terlalu banyak materi wajib dan mengunci jam pelajaran per minggu, maka sekolah akan sulit berinovasi dalam menyusun kurikulum yang sesuai kebutuhannya.

“Intinya, kita perlu sebuah kerangka kurikulum nasional yang relatif ajeg, tidak cepat berubah, tapi memungkinkan adaptasi dan perubahan yang cepat di tingkat sekolah. Inilah yang kami lakukan dengan merancang kurikulum prototipe,” tutup dia.