JawaPos.com – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan Indonesia sudah mendeteksi adanya varian turunan Omicron dari Covid-19 yang susunan genetiknya bernama BA.2. Awalnya, subvarian ini ditemukan oleh peneliti Amerika Serikat. Di Indonesia, sudah ditemukan 10 kasus subvarian BA. 2.

“Ada pertanyaan mengenai BA.2. Memang Omicron ini ada mutasi yang banyak. Di x proteinnya saja ada 50 mutasi di sana. Mutasi ini bisa berubah, bisa bertambah, bisa ada yang dihapus,” kata Menkes Budi kepada wartawan, Kamis (27/1).

“Jadi beberapa reagen PCR yang melakukan ampifikasi dari metode SGTF pada PCR, itu sengaja didesain untuk bisa mendeteksi S-Gene,” jelas Menkes Budi.

“Reagen yang datang di Indonesia nanti itu bisa mendeteksi kedua perubahan gene tersebut. Sekarang kalau pertanyaannya sudah ada belum BA.2 di Indonesia? Sudah ada. Kita sudah deteksi mungkin sekitar 10 kasus,” kata dia.

Apa itu varian turunan Omicron BA.2?

ILUSTRASI: Varian Omicron (Dado Ruvic/Reuters)

Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menjelaskan saat ini varian Omicron berdasarkan susunan genetiknya dikategorikan menjadi B11529, BA.1, BA.2 dan BA.3 Khususnya omicron BA.2 tengah menjadi perhatian publik.

“Karena dapat menyebabkan mutasi yang dapat menyebabkan perbedaan hasil PCR pada omicron lainnya, adanya mutasi berupa hilangnya mutasi pada susunan berupa gen-s dpt memunculkan deteksi gen lainnya,” jelas Prof Wiku.

Ia menambahkan Gen-S tidak terdeksi dalam metode SGTF (S-Gene Test Failure) pada tes PCR. Namun pada BA.2, susunan ini tidak hilang.

“Sehingga tes PCR tidak memunculkan hasil SGTF. Atau hasilnya sama dengan varian lain yang bukan Omicron. Padahal BA.2 merupakan salah satu jenis Omicron,” jelasnya.

Apakah berbahaya dan lebih cepat menular? Prof Wiku menegaskan diperlukan penelitian lebih lanjut

“Diperlukan waktu untuk meneliti karakreristik varian baru yang muncul untuk menganalisis dampaknya secara epidemiologi,” katanya.