JawaPos.com – Pembangunan di Papua terus menjadi perhatian, baik keinginan dari masyarakat setempat maupun publik Tanah Air. Metode pembangunan di Bumi Cenderawasih itu diharapkan mengedepankan pembangunan yang humanis.
Menurut Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI) Rasminto, membangun Papua sepatutnya mengutamakan pendekatan humanis melalui sosial budaya. Unsur adat dalam kebudayaan tidak dapat dinilai dengan pandangan yang berasal dari kebudayaan lain. Penilaian hanya dapat dilakukan dari sistem nilai budaya itu sendiri.
“Adat bersifat pribadi. Artinya suatu adat masyarakat tertentu hanya bisa dipahami dengan mendekatkan diri pada nilai-nilai budaya di dalam masyarakat pemilik adat tersebut,” kata Rasminto di sela-sela Sarasehan Mahasiswa Papua Se-Jabodetabek di RM Gubug Udang Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (23/2).
Sarasehan itu bertema “Mahasiswa OAP Sambut Pendekatan Humanis Pemerintah di Tanah Papua”. OAP adalah orang asli Papua.
Selain Rasminto, sarasehan itu juga menghadirkan Ketua Bamus Papua Willem Frans Ansanay, Charles Kossay (mahasiswa S-2 Universitas Nasional asal Kabupaten Jayawijaya), dan Imron Cotan (Duta Besar RI untuk Australia periode 2002-2005).
Rasminto melanjutkan, pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dengan pendekatan berbasis etnis dan budaya (ethno development) Papua. “Keragaman etnis dan budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Papua memiliki kebutuhan yang juga berbeda,” sambung dia.
Dalam kesempatan yang sama, Imron Cotan menyebut bahwa pembangunan Papua dapat dilakukan cara pemekaran provinsi–sebagaimana selama ini diwacanakan pemerintah. Dia berharap pemekaran Provinsi Papua segera terealisasi. Dengan pemekaran itu, akan terjadi pemerataan pembangunan. Baik dari sisi kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan sebagainya.
“Pemekaran bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, bukan untuk memecah belah rakyat,” kata Imron.
Dia menekankan, pembentukan daerah otonomi baru (DOB) merupakan peluang untuk membuka lapangan kerja baru, sekaligus memperpendek ruang administrasi publik bagi rakyat Papua. “Sehingga rakyat mendapat pelayanan lebih baik dan lebih cepat,” kata Imron di depan puluhan mahasiswa Orang Asli Papua (OAP).
Mantan Dubes RT untuk Tiongkok itu mendorong anak-anak muda Papua untuk selalu bersemangat menimba ilmu. Cara itu dianggap bisa membantu Papua menjadi lebih maju. “Masyarakat OAP harus punya masa depan lebih cerah dengan bersekolah,” pesan Imron.