JawaPos.com – Pemerintah terus mendorong hiliriasi produk mineral dan batubara (minerba) untuk meningkatkan nilai tambah ekspor yang dan menjadi sumber penerimaan negara menghasilkan bahan baku energi bersih.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ekspansi PT Smelting sebagai industri pionir dalam pengembangan hilirisasi produk minerba. Harapannya, dapat turut berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional maupun secara spasial di wilayah Provinsi Jawa Timur.
“Dengan ekspansi di pabrik refinery mineral pertama di Indonesia ini, ada 3,3 juta ton konsentrat yang nantinya akan diolah, sehingga Gresik menjadi sentra dari hilirisasi tembaga,” kata Airlangga dalam keterangannya, Sabtu (19/2).
Sebab, kebutuhan energi terbarukan ke depannya akan sangat dibutuhkan, seperti untuk kendaraan elektrik dan solar panel yang seluruhnya membutuhkan tembaga. “Oleh karena itu, hilirisasi produk turunannya perlu terus didorong, terutama untuk kebutuhan memproduksi produk elektronik,” imbuhnya.
Menurutnya, saat ini Indonesia memiliki cadangan bijih tembaga sebesar 3,1 miliar ton dengan tingkat produksi sebanyak 100 juta ton per tahun. Cadangan bijih tembaga tersebut diperkirakan akan habis dalam 30 tahun apabila tidak ada tambahan cadangan baru. Sehingga, peningkatan nilai tambah bijih tembaga sangat diperlukan, baik dengan pembangunan pabrik baru atau ekspansi pabrik yang ada untuk ekstraksi tembaga.
Dengan ekspansi ini, kapasitas pengolahan konsentrat PT Smelting direncanakan akan mengalami peningkatan menjadi sebanyak 1,3 juta ton dan kapasitas produksi katoda tembaga juga meningkat menjadi 342.000 ton pertahun. Ekspansi ini juga akan menaikkan kapasitas beberapa peralatan di smelter, serta menambah jumlah sel elektrolisa di refinery.
“Peningkatan kapasitas dalam ekspansi tersebut membutuhkan Capex sebesar USD 231 juta dan direncanakan akan selesai pada September 2023,” sebutnya.
Ekspansi PT Smelting tidak hanya memenuhi kebutuhan produk di dalam negeri seperti katoda tembaga untuk industri kawat atau kabel (wire), batangan tembaga (rod bar), industri kimia, serta produk samping berupa asam sulfat untuk bahan baku pabrik pupuk serta copper slag dan gipsum sebagai bahan baku semen, namun PT Smelting juga mengekspor katoda tembaga dan tembaga telurida.
“Kekuatan industri copper di Indonesia akan terus ditingkatkan dan klaster yang ada di Gresik tentunya perlu terus didorong, sehingga Pak Bupati Gresik ini bisa juga menjadi Bupati Tembaga,” ungkapnya.
Airlangga menambahkan, efektivitas penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional juga telah memberikan dampak positif pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2021. Badan Pusat Statistik, perekonomian nasional pada kuartal IV 2021 lalu mengalami pertumbuhan sebesar 5,02%, sementara pertumbuhan rata-rata pada 2021 adalah sebesar 3,69 persen.
“Meski belum setinggi beberapa negara mitra seperti China, India, Amerika Serikat, Uni Eropa yang tumbuh lebih dari 5 persen di tahun 2021, hasil pertumbuhan ekonomi pada 2021 ini patut kita syukuri, karena pada kuartal I dan kuartal III laju pertumbuhan ekonomi ini terkontraksi,” pungkasnya.