JawaPos.com – Kasus Covid-19 terus bertambah pesat di tengah penularan varian Omicron. Karakteristik Omicron sebagai Variant Of Concern (VOC) yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuktikan bahwa varian ini lebih cepat menular dibanding varian sebelumnya. Diprediksi, angka lonjakan akan makin bertambah pesat pada akhir Februari 2022 atau 2-3 pekan mendatang.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengakui, saat ini jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit masih rendah. Meski penambahan angka konfirmasi harian memang cenderung tinggi, dengan adanya cakupan vaksinasi yang tinggi mampu mengurangi angka keparahan dan kematian.

Namun Nadia memintq masyarakat tidak perlu terpaku pada jumlah tersebut dan jangan panik. Pasalnya sebagian besar gejala yang ditunjukkan oleh pasien adalah gejala ringan atau tidak bergejala sama sekali.

“Dan lama masa perawatan juga lebih sebentar jika dibandingkan dengan kasus varian lainnya,” ujar Nadia dalam keterangam resmi Kemenkes, Minggu (6/2).

Nadia menyampaikan, ada kemungkinan kita akan menghadapi kenaikan kasus yang tinggi dalam 2 hingga 3 minggu ke depan. Hal itu sama dengan prediksi Menkes Budi Gunadi Sadikin di mana puncak Omicron diprediksi terjadi akhir Februari 2022.

“Kami berharap masyarakat dapat benar-benar waspada dan mengetahui kondisi ini dengan baik, bahwa penularan dari varian Omicron ini lebih cepat daripada varian of concern Covid-19 yang lain, namun kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah. Sehingga rumah sakit sebaiknya digunakan oleh pasien yang benar-benar membutuhkan, yaitu mereka yang memiliki gejala sedang hingga kritis,” tambah Nadia.

Sementara itu, per hari ini (6/2) pukul 13.00, secara nasional, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit berjumlah 18.966. Dengan kata lain, tingkat keterisian BOR atau keterisian tempat tidur RS secara nasional saat ini masih 23,35 persen dari 81.235 kapasitas tempat tidur Covid-19 yang tersedia.

Sejauh ini data yang dimiliki Kementerian Kesehatan menunjukkan, meski angka kasus konfirmasi harian bertambah, namun jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit relatif lebih sedikit. Pasien yang masuk ke rumah sakit juga cenderung menunjukan gejala ringan, atau tanpa gejala sama sekali.

Kementerian Kesehatan kembali menghimbau masyarakat yang terpapar, namun tidak bergejala atau hanya gejala ringan, cukup melakukan isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpadu dengan memanfaatkan layanan telemedicine jika tersedia atau dapat melapor ke Puskesmas terdekat. Bagi masyarakat yang terpapar namun gejalanya ringan, seperti batuk, pilek, atau demam, saturasi oksigen masih diatas 95 persen sebaiknya isoman di rumah atau isoter saja.

“Apalagi jika tidak ada komorbid berat atau bukan lansia. Jika masyarakat yang terpapar menjalankan himbauan ini, sesuai dengan aturan Kemenkes, angka keterisian rumah sakit kita bisa berkurang hingga 60-70 persen,” ungkap Nadia.

Masyarakat terus diimbau dan diingatkan agar sadar akan pentingnya disiplin menerapkan protokol kesehatan. Meskipun varian Omicron tingkat kesakitan lebih rendah, namun kita tetap harus waspada.

“Upaya yang perlu dilakukan saat ini adalah kembali menekan jumlah kasus dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat dan membatasi mobilitas masyarakat. Cakupan vaksinasi dosis lengkap, terutama untuk lansia dan anak-anak, juga harus terus dikejar berbarengan dengan dosis vaksin booster untuk memperkuat imunitas kelompok,” tegas Nadia.