JawaPos.com – Pandemi Covid-19 membuat pelaksanaan ibadah haji bagi umat islam vakum selama 2 tahun terakhir. Pasalnya, pemerintah Arab Saudi menutup akses bagi jamaah dari seluruh dunia untuk mencegah penularan Covid-19.
Kendati demikian, angin segar berhembus setelah pemerintah Arab memutuskan melonggarkan protokol Covid-19. Kondisi ini diyakini bisa berpengaruh terhadap digelarnya kembali ibadah haji tahun ini.
“Kita berharap dengan kebijakan pelonggaran ini memberi sinyal positif dan semakin yakin pertama tentang penyelenggaraan haji akan dilaksanakan,” kata Ketua Umum DPP Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Firman M. Nur saat dihubungi JawaPos.com, Senin (7/3).
Amphuri berharap pemerintah Arab bisa segera memberikan kepastian jumlah kuota untuk penyelenggaraan haji. Dia berharap Indonesia tetap mendapat kuota terbanyak. “Amphuri berharap Indonesia tetap mendapatkan jumlah kuota terbanyak karena Indonesia adalah negara muslim terbesar,” jelas Firman.
Amphuri menilai Arab sudah siap menerima jamaah haji dari berbagai penjuru dunia. Pasalnya, dalam beberapa bulan terakhir, pelaksanaan umrah yang telah berjalan pun bisa dilaksanakan dengan baik.
“Ini menjadi kajian yang cukup baik, untuk Saudi membuka haji tahun ini, dan memberi kesempatan untuk memberikan kuota yang maksimal bagi semua negara dan kita berharap kalau bisa kuota itu menjadi kuota normal seperti sebelum pandemi,” pungkas Firman.
Diketahui, Arab Saudi mulai Sabtu (5/3) mencabut semua tindakan pencegahan dan pencegahan terkait dengan pandemi Covid-19. Salah satunya adalah menghapus syarat karantina. Karantina pada saat kedatangan tidak lagi menjadi persyaratan bagi mereka yang bepergian ke kerajaan.
Akan tetapi semua penumpang yang tiba di negara itu dengan visa kunjungan diminta untuk memiliki asuransi kesehatan. Hal itu untuk menutupi biaya perawatan dari infeksi virus Korona selama masa tinggal di sana. “Ini adalah tindak lanjut situasi epidemiologis pandemi,” kata Saudi Press Agency.
SPA juga menyebutkan kemajuan yang dicapai dalam program vaksinasi nasional dan tingginya tingkat imunisasi dan kekebalan terhadap virus di masyarakat. Dengan demikian, tes PCR dan tes antigen cepat tidak perlu lagi diberikan oleh penumpang yang tiba di kerajaan.
Dilansir dari The National News, Senin (7/3), langkah-langkah jarak sosial di semua tempat, kegiatan, dan acara terbuka dan tertutup juga ditangguhkan, dan mengenakan masker tidak lagi menjadi persyaratan di area terbuka. Jamaah tidak perlu lagi menjaga jarak sosial di masjid termasuk Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah dimulai dengan salat Subuh pada hari Minggu. Namun, orang-orang harus tetap memakai masker di dalam masjid.