JawaPos.com – Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI menyapa sahabat kebangsaan di Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Cimahi, Jawa Barat. Mengambil tema ‘Memaknai Kepahlawanan Tanpa Tanda Jasa Bagi Generasi Milenial’, Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi MPR, Budi Muliawan, SH, MH, mengatakan guru lebih mengedepankan adab dan etika, membentuk integritas, serta membuat peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.
“Guru mengajarkan adab dan etika. Adab lebih tinggi dari ilmu. Selain memberikan ilmu pengetahuan secara baik, guru juga mengajarkan adab, etika, moral, dan menjunjung nilai-nilai kebenaran. Guru adalah teladan buat kita semua,” kata Budi Muliawan sebagai narasumber dalam MPR Menyapa Sahabat Kebangsaan yang bertepatan dengan peringatan Hari Guru Nasional di Unjani, Cimahi, Jawa Barat, Kamis (25/11/2021).
Budi Muliawan mengungkapkan setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Pada tanggal itulah dibentuk organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). “Kita memperingati Hari Guru Nasional untuk menghargai sejarah dan perjuangan guru,” ujarnya. Pada tahun ini, pemerintah mengusung tema peringatan Hari Guru Nasional adalah ‘Bergerak Dengan Hati, Pulihkan Pendidikan’.
Menurut Budi Muliawan, guru adalah orang yang ditiru dan digugu. Guru tidak semata-mata mengajarkan ilmu pengetahuan dan memberikan pelajaran tetapi juga membentuk karakter dan integritas peserta didik. Memaknai Kepahlawanan Tanpa Tanda Jasa bagi Generasi Milenial artinya guru memiliki makna yang sangat penting. Sebab, guru melahirkan para calon pemimpin dan tokoh bangsa.
“Kita seperti sekarang ini adalah karena peran guru. Mereka mengajarkan pengetahuan kepada kita. Ilmu yang bermanfaat. Mereka adalah orang-orang yang mulia. Itulah posisi mulia guru dan kita harus memuliakan para guru-guru,” ujarnya.
Budi Muliawan menceritakan ketika Jepang menyerah kepada sekutu setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom, Kaisar Hirohito justru bertanya berapa banyak guru yang selamat dari serangan bom atom itu. Kaisar mengatakan kita akan membangun negara dengan guru-guru yang masih ada. Dari negara yang hancur lebur tahun 1945, Jepang kemudian bangkit menjadi satu kekuatan dunia. Kebangkitan Jepang tidak lepas dari peran guru. Itulah mulianya peran guru,” kata Budi Muliawan, alumnus Fakultas Ilmu Hukum Universitas Brawijaya ini.
Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, lanjut Budi Muliawan, peserta didik bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dari internet. Namun, peran guru tidak bisa tergantikan dengan internet. “Karena guru mengajarkan karakter dan nilai moral, etika, yang akan membentuk peserta didik agar memberikan kontribusi yang baik bagi bangsa dan negara. Peran guru tidak bisa tergantikan. Ilmu yang diperoleh tanpa guru belum tentu menghasilkan sesuatu yang lebih baik,” tuturnya.
Karena itulah, Budi Muliawan menambahkan, adab, etika, dan nilai moral, kedudukannya lebih tinggi dari ilmu. Guru selalu mengedepankan dan mengajarkan adab, etika, dan nilai moral pada nilai-nilai kebenaran, untuk membentuk integritas peserta didik. “Guru adalah teladan buat kita semua,” ucapnya.
Sementara itu, staf pengajar FISIP Unjani, Dr. Lukman M Fauzi, mengatakan generasi milenial memaknai pahlawan tanpa jasa dengan menempatkan guru sebagai pelita dalam kegelapan. “Kita menjadi seperti sekarang ini hasil dari orang-orang hebat, yaitu para guru. Yang diberikan para guru adalah nilai jasa, nilai pengabdian, nilai pengorbanan, dan nilai kemanusiaan,” jelasnya.
Lukman menegaskan bahwa keberadaan generasi milenial yaitu generasi Z tidak lepas dari kehidupan guru. “Keberadaan guru ada di dalam hati kita. Guru bukan hanya ada di masa lalu, tetapi juga hadir di masa depan kita,” katanya.