JawaPos.com – Pemerintah meminta masyarakat tidak melakukan perjalanan luar negeri untuk mencegah penularan Covid-19 varian Omicron. Pasalnya, kasus Omicron yang saat ini ada di Indonesia kebanyakan berasal dari pelaku perjalanan luar negeri.
Berdasarkan penelitian Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529): Technical Brief and Priority Actions for Member States pada 23 Desember 2021 oleh WHO, disebutkan varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat daripada varian Delta pada negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas. Dalam waktu dua minggu (26 Desember 2021), 46 kasus Omicron terdeteksi di Indonesia dan 1 kasus dari lokal.
Sebanyak 15 orang di antaranya (32,6 persen) merupakan pelaku perjalanan dari Turki. Ada pula kasus konfirmasi Omicron yang berasal dari pelaku perjalan luar negeri dari Inggris, UEA, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Malawi, Republik Kongo, Spanyol, USA, Kenya, Korea, Mesir, dan Nigeria.
Sementara itu, hingga 29 Desember 2021 ada penambahan kasus konfirmasi Omicron sebanyak 21 kasus yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Hal ini membuat total kasus Omicron sebanyak 68 orang.
“Data WHO dari penghitungan prediksi peningkatan kasus akibat Omicron dibandingkan dengan Delta dan dengan mempertimbangkan tingkat penularan dan risiko keparahan, maka didapati hasil bahwa kemungkinan akan terjadi peningkatan penambahan kasus yang cepat akibat Omicron,” kata Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan resmi Kemenkes, Kamis (30/12).
Akan tetapi, hal ini diiringi dengan tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit atau ICU yang lebih rendah dibandingkan dengan periode Delta. Artinya, varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi tapi dengan risiko sakit berat yang rendah.
“Walaupun begitu, masyarakat tetap harus waspada karena situasi dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu upaya pencegahan dan pengendalian, serta upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan,” jelasnya.