JawaPos.com – Kabar duka datang dari dunia medis. Tokoh dan Ahli Hepatitis Indonesia Prof. dr. H. Ali Sulaiman, Ph.D., SpPD-KGEH, FACG, FINASIM meninggal dunia pada Minggu, 23 Januari 2022 pukul 08.21 WIB di RS Pelni, Jakarta. Almarhum wafat dalam usia 82 tahun.
Prof Ali Sulaiman adalah Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Dekan FKUI periode 1996-2004. Jenazah dimakamkan di San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, pada hari yang sama.
Almarhum lahir di Serang pada tanggal 20 september 1939. Beliau menamatkan pendidikan dokter di FKUI pada tahun 1963 dan lulus sebagai dokter ahli penyakit dalam pada tahun 1968. Prof. Ali kemudian melanjutkan pendidikan Doctor of Philosophy (Ph.D) pada tahun 1989 di Kobe University, Jepang.
Tidak kenal lelah dalam menuntut ilmu, pendidikan lain yang pernah Prof Ali jalani adalah Fellow in Gastroenterology –Hepatology di Groningen University Hospital, Belanda, pada tahun 1973- 1974; Liver Course di British Council, Royal Free Hospital, King’s College Hospital, London pada tahun 1980; Advanced Course of Hepatology di Kobe University School of Medicine, Jepang pada tahun 1981; Ph.D. Research fellow of the University of Kobe, Jepang (1983 – 1989); Course on Hospital Administration, Amherst, di Massachusetts, USA (1994); dan Fellow di American College of Gastroenterology (ACG) pada tahun 2000.
Almarhum adalah staf pengajar di Divisi Hepatobilier Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, dan pada tahun 1992, beliau dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Penyakit Dalam di FKUI. Prof Ali Sulaiman dikenal masyarakat sebagai pakar hepatobilier atau penyakit hati.
“Beliau menaruh perhatian besar pada permasalahan hepatitis di Indonesia,” kata Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, kepada JawaPos.com, Minggu (23/1).
Tokoh Pejuang Vaksin Hepatitis
Menurut Prof Ari, sebagai seorang klinisi, Prof. Ali adalah klinisi yang hebat. Sebagai seorang pengajar, beliau juga pengajar yang hebat.
“Dalam perjalanan hidupnya, Prof. Ali adalah salah satu tokoh liver yang bukan hanya di nasional tetapi juga di tingkat internasional. Salah satu founding father dari The Asian Pasific Assosiation for the Study of the Liver. Untuk Indonesia, bicara soal hepatitis ya beliau ini yang dari dulu memperjuangkan hepatitis,” kata Prof Ari.
“Sampai saat ini kita bisa lihat bahwa wajib bagi anak-anak yang baru lahir di Indonesia harus divaksin hepatitis. Ini adalah contoh dan bukti bagi seorang staf pengajar untuk konsisten terhadap keilmuannya dan bisa memperjuangkan itu untuk kepentingan rakyat banyak, untuk kepentingan rakyat Indonesia,” tambahnya.
Lebih lanjut Prof Ari mengatakan banyak sekali peninggalan-peninggalan yang diberikan oleh almarhum. Semoga hal itu menjadi amal jariyah bagi beliau.
“Insya Allah khusnul khotimah, Prof Ali. Selamat jalan. Insya Allah murid-murid Prof Ali akan mengikuti jejak Prof Ali untuk selalu memperjuangkan kepantingan pasien, kepentingan negara, dan masyarakat secara umum,” tegasnya.
Kiprah Prof. Ali Sulaiman tidak hanya di lingkungan kampus FKUI maupun departemen, tetapi juga berperan besar dalam konteks nasional dan internasional. Bersama almarhum Prof. dr. Sjaifoellah Noer, SpPD, beliau turut menentukan jalannya The Asian Pasific Assosiation for the Study of the Liver. Prof Ali juga pernah memimpin Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dan berperan penting dalam memasukkan program penanggulangan hepatitis sehingga sekarang program tersebut sudah menjadi program nasional yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan.
Almarhum menjabat sebagai Dekan di FKUI selama 2 periode, yaitu sejak tahun 1996 hingga tahun 2004. Pada masa kepemimpinan beliau, istilah Dokter Bintang Tujuh mulai diperkenalkan. Menurut Prof. Ali, dokter harus memiliki tujuh fungsi yaitu care giver, decision maker, communicator, community leader, manajer, berjiwa peneliti, dan keimanan dan ketakwaan.