JawaPos.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memaparkan transformasi ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19 saat menjadi pembicara pada acara Seri kelima Leaders Talk Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya, Jumat (11/3).
“Perekonomian Indonesia tetap bisa tangguh sekalipun diterpa Covid-19. Selain itu, perekonomian masih sejalan dengan realisasi visi Indonesia menjadi negara maju sebelum 2045,” ujarnya.
Menurut dia, beberapa faktor dari ketahanan itu adalah tingginya tingkat vaksinasi dan bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan dinamika geopolitik untuk kepentingannya. Faktor kedua, ia sematkan dalam konteks dampak perekonomian global dari konflik Rusia dengan Ukraina
“Diprediksikan bahwa rata-rata pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga tahun 2045 adalah 5,8 persen per tahun. Namun, apabila Indonesia dapat menjawab problematika global dengan inovasi yang transformatif, diharapkan Indonesia dapat mencapai PDB rata-rata 7,2 persen per tahun,” ujar Menko Luhut.
Ia mengungkapkan bahwa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo berupaya memperluas lingkup industri melalui hilirisasi. Hal ini, kata Luhut, berarti menegaskan Indonesia tidak hanya memproduksi bahan mentah, namun juga memproduksi produk olahan dari bahan baku tersebut.
Contohnya, sebut Luhut, industri nikel yang menempatkan Indonesia sebagai produsen terbesar sedunia. Hilirisasi industri ini akan memeratakan sentra perekonomian Indonesia agar tidak Jawasentris. “Nanti harapannya dapat memiliki industri baterai dari nikel yang kita produksi dan berguna untuk mobil listrik. Penguasaan industri dari hulu hingga hilir nanti akan memperkecil defisit ekspor Indonesia. Ini juga selaras dengan semangat green energy,” kata Koordinator PPKM Jawa-Bali itu.
Menko Luhut juga memaparkan bahwa Indonesia akan memperkokoh infrastruktur serta program digitalisasi guna mewujudkan perekonomian yang lebih efisien. Ada beberapa sektor perekonomian yang akan ditransformasikan ke jagad digital.
Pertama, integrasi barang dan jasa dengan produk dalam negeri. Kedua, integrasi pengelolaan ESDM untuk optimalisasi pendapatan negara. Ketiga, integrasi laju pelabuhan dalam negeri untuk optimalisasi perhubungan.
“Kami juga akan membangun infrastruktur kabel bawah laut yang langsung menghubungkan dari Amerika Serikat ke Jakarta. Tak boleh lagi urat nadi internet kita lewat Singapura agar lebih efisien. Jangan mau bangsa kita dikerdilkan,” tegas Luhut.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa sumber energi Indonesia secara perlahan melakukan transisi dari fossil based fuel. Oleh karena itu, segala potensi energi terbarukan di Indonesia harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Menurut Luhut, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan di sektor energi surya, panas bumi, air, hingga angin. Untuk itu, Indonesia menyematkan komitmen mencapai carbon net zero per tahun 2060 atau lebih cepat.
“Kita juga dianugerahi hutan dan mangrove yang besar dan mampu untuk menyimpan jumlah karbon yang banyak. Sektor itu dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan yang berguna untuk perdagangan karbon,” katanya.
Cetak biru transformasi ekonomi pascapandemi itu, tambah Luhut, hanya dapat direalisasikan dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak potensi di human capital, namun kualitas pendidikan yang kurang dibenahi menjadi faktor penghambat.
Oleh karena itu, Indonesia menggelontorkan banyak sekali beasiswa dan kerja sama pendidikan tinggi Indonesia dengan luar negeri, terutama di bidang sains agar kualitas sumber daya manusia dapat teramplifikasi. (*)