JawaPos.com – Harga Tandan Buah Segar (TBS) alami kenaikan ini membuat para petani kelapa sawit bisa pendapatan hingga Rp12 juta per bulan.
“Alhamdulillah, sebulan bisa Rp12 juta kalau mau ambil tiap hari. Di pengepul Tandan Buah Segar (TBS) harganya Rp2.800 per kg, sebelumnya hanya Rp2.400 per kg sampai Rp2.500 per kg,” ungkap Wisnu salah satu petani sawit di Desa Prangat Selatan, Kaltim, Sabtu.
Sementara itu, lanjut Wisnu, apabila kelapa sawit hasil panen dibawa ke pabrik harganya akan lebih mahal, bisa mencapai Rp3.000 per kg lebih.
“Tapi bawanya pakai truk, ke Muara Badak yang paling dekat dari sini. Kalau dibawa ke Jonggon (Kutai Kartanegara) lebih mahal lagi,” jelasnya.
Wisnu mengaku, belum pernah menjual dengan harga Rp 3.000 per kg namun dalam sehari ia bisa menghasilkan Rp 400.000 dari luas lahan satu hektare setengah dengan jumlah pohon seratus lebih miliknya.
“Rp 400.000 itu kira-kira satu kuintal setengah. Kalau pakai motor dua kali bolak-balik jadi modal bensin Rp 50.000,” tuturnya.
Dia menjelaskan, jarak dari rumah menuju kebun kelapa sawit miliknya sekitar 5 kilometer sehingga jika bolak-balik menjadi 10 kilometer.
“Dua kali narik jadi 20 kilometer dengan kondisi jalan rusak dengan motor yang harus dimodif,” terangnya.
Ia menambahkan, dulu sebelum TBS naik, harga kelapa sawit sempat hanya sekitar di harga Rp 500-Rp 700 per kg.
“Pada waktu itu orang belum berminat ke kelapa sawit. Disuruh ngambil aja nggak ada yang mau,” tutupnya.
Sementara itu, penyadap karet yang juga tinggal di Prangat Selatan Kalimantoro menambahkan, hasil kelapa sawit lebih menguntungkan ketimbang karet.
“Memang karet lebih tinggi Rp 10.000 per kg tapi susah nyari sekilo. Satu hektare paling 10 kilo Rp 100.000, sebulan Rp 3 juta jadinya,” kata Kalimantoro.
Ia mengungkapkan, pendapatan maksimal dari menyadap karet sekitar Rp 3 juta, berbeda jauh dengan kelapa sawit yang mencapai Rp 12 juta dengan perbandingan kerja yang lebih ringan.
“Kalau karet harus keliling satu-satu menyadap pohonnya, lebih capek, belum lagi kalau hujan hancur getahnya jadi air,” ucapnya.
Sebagai informasi, petani di Marangkayu umum-nya memiliki lahan sawit dan karet sekaligus sehingga apabila harga sawit tidak setinggi sekarang, kemungkinan petani akan kembali beralih menyadap karet.