Jual dan Sewa alat bantu proyek

KPK Tempuh Upaya Kasasi Vonis 5 Tahun Penjara Bupati Bandung Barat

JawaPos.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menempuh upaya kasasi atas vonis 5 tahun penjara pada tingkat banding terhadap Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna. Alasan kasasi ini diajukan, karena tidak mengakomodir memori banding Jaksa KPK.

“Setelah Tim Jaksa mempelajari seluruh isi pertimbangan putusan dari Majelis Hakim pada Pengadilan Tinggi Bandung dengan terdakwa Aa Umbara Sutisna. Untuk tetap mempertahankan isi surat tuntutan dari Tim Jaksa, maka pada Jumat (11/2) Tim Jaksa melalui Kepaniteraan Pidana Khusus pada Pengadilan Tipikor Bandung telah menyerahkan memori kasasi,” kata pelaksana tugas (Plt) juru bicara KPK, Ali Fikri dalam keterangannya, Senin (14/2).

Ali menyampaikan, dalam isi amar pertimbangan putusan adanya uraian memori banding dimana setelah dianalisa oleh tim Jaksa, hal tersebut bukan isi memori banding dari tim Jaksa.

Tidak adanya sinkronisasi dalam putusan banding, lanjut Ali, isi pertimbangan putusan banding juga menyatakan dapat dijatuhi pidana tambahan terkait pencabutan hak politik. Namun dalam amar putusan, tidak dengan tegas menyebutkan adanya penjatuhan pencabutan hak politik.

“Demikian pula untuk amar pidana badan dan denda juga belum memenuhi rasa keadilan masyarakat,” tegas Ali.

Oleh karena itu, KPK berharap, Majelis Hakim pada Mahkamah Agung akan mengabulkan seluruh permohonan kasasi tim Jaksa.

Majelis hakim Pengadilan Tinggi (PT) Bandung menguatkan vonis 5 tahun bagi Bupati Bandung Barat nonaktif Aa Umbara. Dia divonis atas perkara pengadaan barang bantuan sosial Covid-19. Putusan di tingkat banding dibacakan oleh majelis hakim PT Bandung yang diketuai oleh Sirjohan dan dua anggota hakim pada Kamis (13/1) lalu.

Dalam putusannya, hakim menyatakan Aa Umbara bersalah. Vonis tersebut lebih ringan dari tuntutan Jaksa KPK, yang menuntut Aa Umbara 7 tahun penjara.

Kemenkes: Pelaku Perjalanan Luar Negeri Boleh Tes Pembanding Covid-19

JawaPos.com – Kementerian Kesehatan mengizinkan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang menjalani karantina melakukan tes pembanding RT-PCR di laboratorium berbeda. Kebijakan ini menyusul adanya pelaku karantina yang merasa tidak puas terhadap hasil pemeriksaan Covid-19, pada hari pertama karantina dan saat berakhirnya masa karantina.

Aturan ini tertuang dalam Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 4 Tahun 2022 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Luar Negeri Pada Masa Pandemi Covid-19.

“Sudah ada Surat Edaran Satgasnya. Untuk lokasinya, kami telah menunjuk beberapa RS dan lab pemeriksa,” kata Juru Bicara Covid-19 Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi dalam keterangannya, Senin (14/2).

dr. Nadia menjelaskan adanya perbedaan hasil antara entry test yang positif, namun menjadi negatif menjelang berakhirnya masa karantina, adalah sesuatu yang mungkin saja terjadi. Hal ini mengingat hingga saat ini belum diketahui secara pasti berapa lama masa inkubasi varian Omicron.

“Temuan ini menunjukkan pentingnya karantina untuk mencegah penyebaran Covis-19, jadi kita bisa tangkal sebelumnya. Sebab, kita belum tahu pasti berapa lama masa inkubasi Omicron, bisa saja hari pertama negatif, tapi 3 atau 5 hari kemudian hasilnya jadi positif,” ujar Nadia.

Dalam aturan ini disebutkan bahwa tes pembanding hanya bisa dilakukan di Balitbangkes Kemenkes, RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Subroto, RS Bhayangkara atau laboratorium pemerintah lainnya seperti Balai Teknik Kesehatan Lingkungan, Laboratorium Kesehatan Daerah, atau Laboratorium rujukan pemerintah.

Adapun biaya tes pembanding ditanggung sendiri oleh Pelaku Perjalanan Luar Negeri. dr. Nadia menekankan kebijakan ini hanya berlaku bagi pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke wilayah Indonesia.

Sementara bagi non PPLN yang hasil pemeriksaan RT-PCR positif, tidak perlu melakukan tes pembanding, sebaiknya segera lakukan isolasi mandiri bagi yang tidak bergejala atau gejala ringan atau isolasi di tempat isolasi terpusat jika tidak memungkinkan.

“Ini diberlakukan untuk PPLN saja, bagi peserta karantina non PPLN dengan hasil positif tidak perlu melakukan tes pembanding berulang kali untuk memastikan dirinya negatif. Cukup lakukan isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat bagi yang tanpa gejala-ringan, atau di rumah sakit bagi yang bergejala sedang-kritis,” tegas Nadia.

Sebanyak 68 Persen Kematian Adalah Pasien yang Belum Vaksinasi Lengkap

JawaPos.com – Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi melaporkan 68 persen kasus meninggal dunia akibat Covid-19 dialami pasien yang belum memperoleh vaksinasi dosis lengkap.

“Dari data 1.090 pasien yang meninggal hingga Minggu (13/2), 68 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap, 76 persen usianya lebih dari 45 tahun, 49 persen masuk golongan lanjut usia, dan 48 persen memiliki komorbid,” kata Siti Nadia Tarmizi melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin malam (14/2).

Nadia mengatakan vaksinasi lengkap dua dosis menjadi salah satu upaya mencegah pasien untuk penderita gejala berat hingga risiko kematian akibat terinfeksi Covid-19. ’’Kembali kami mengimbau masyarakat, termasuk anak-anak dan kelompok lanjut usia, untuk segera melengkapi vaksinasi karena vaksinasi telah terbukti mampu melindungi kita dari risiko gejala berat hingga kematian akibat terpapar Covid-19. Tidak ada lagi alasan kita untuk tidak mau divaksinasi melihat data-data yang ada,” ujarnya.

Ia mengatakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini telah didominasi kasus Omicron. Namun bila kasus kematian tersebut dibandingkan dengan situasi saat gelombang kedua Juli-Agustus 2021 yang didominasi varian Delta, kata Nadia, jumlah kasusnya masih sangat jauh. “Hari ini kasus meninggal harian mencapai 145 jiwa per hari, jauh dibandingkan puncak Delta yang menyentuh angka 1.800 jiwa per hari,” katanya.

Nadia mengatakan penguatan pelayanan kesehatan terus termasuk percepatan laju vaksinasi, testing dan tracing untuk menekan laju kasus. Dari sisi kapasitas rumah sakit, per hari ini pukul 18.30 WIB, pasien yang dirawat ada di 32 persen dari total ketersediaan tempat tidur dan isolasi.

“Artinya, rumah sakit kita masih memiliki kapasitas yang sangat baik untuk menampung pasien Covid-19. Angka ini baru sementara dan kapasitas ini masih dapat terus ditingkatkan jika memang diperlukan,” ujarnya.

Sampai Minggu (13/2), Kemenkes telah melakukan tes spesimen mencapai 451.040 dan rata-rata tes spesimen tujuh pekan terakhir mencapai 410.846. Selain itu kesediaan oksigen di rumah sakit di 10 Provinsi dengan peningkatan kasus tertinggi masih di atas 48 jam.

Total oksigen konsentrator di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sumatera Utara, DI Jogjakarta, Kalimantan Selatan, dan Papua mencapai 10.326 unit. Sedangkan jumlah oksigen generator mencapai total 65 unit.

Kesiapan tenaga kesehatan juga terus ditingkatkan. Kekurangan tenaga kesehatan yang masih dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan melalui pengaturan SDM sehingga tidak berdampak pada pelayanan kesehatan.

Kemenkes mengimbau agar pasien tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan agar melakukan isolasi mandiri di rumah atau di tempat isolasi terpusat yang disediakan pemerintah. Hal tersebut diharapkan mampu meringankan beban rumah sakit hingga 70 persen. Dengan begitu pasien sedang hingga kritis bisa ditangani secara terfokus.

’’Sejak adanya perbaikan layanan pengantaran obat bagi pasien isoman yang berkonsultasi melalui platform telemedisin, 85 persen paket obat Kemenkes kini sudah bisa sampai maksimal H+1 sejak pemesanan dilakukan,” ujarnya. ’’Nadia berharap perbaikan layanan tersebut membuat masyarakat semakin tenang untuk melakukan isolasi mandiri dan berkonsultasi dengan tenaga kesehatan di rumah masing-masing,’’ imbuhnya. (*)

Kematian Harian Pecah Rekor sejak Omicron, 145 Orang Meninggal

JawaPos.com – Dalam empat hari berturut-turut, angka kematian akibat Covid-19 memecahkan rekor di atas 100 jiwa per hari, atau tertinggi selama gelombang varian Omicron. Jumat (11/2) 100 jiwa, Sabtu (12/2) 107 jiwa, Minggu (13/2) 111 jiwa dan Senin (14/2) 145 jiwa. Kini total sudah 145.321 jiwa meninggal dunia sejauh ini.

Angka kematian tertinggi disumbang oleh DKI Jakarta sebanyak 53 jiwa. Jawa Tengah 22 jiwa. Jawa Timur 21 jiwa. Dan Bali 20 jiwa.

Sementara kasus positif harian, Senin (14/2) bertambah 36.501 orang. Tes yang dilakukan cukup masif yakni 440 ribu tes spesimen. Kini total sudah 4.844.279 orang terinfeksi Covid-19.

Kasus aktif atau pasien positif yang masih membutuhkan perawatan medis terus bertambah naik pesat yakni 23.018 kasus. Kini total kasus aktif atau mereka yang membutuhkan perawatan atau masih sakit meroket jadi 375.857 orang.

Provinsi paling banyak konfirmasi kasus positif harian paling banyak disumbang oleh DKI Jakarta sebanyak 10.275 orang. Lalu disusul oleh Jawa Barat 8.333 orang. Dan Banten 4.006 orang.

Jumlah kasus suspek sebanyak 22.227 kasus. Angka kesembuhan harian sebesar 13.338 orang sembuh per hari. Paling banyak pasien sembuh disumbang oleh Banten 3.665 orang. Sehingga angka kumulatifnya bertambah melebihi 4,3 juta orang sembuh atau tepatnya 4.323.101 orang

Sementara positivity rate orang harian  naik di angka 13,33 persen atau lebih dari 3 kali batas WHO dan positivity rate orang mingguan (16-22 Januari 2022) di bawah angka 16,04 persen. Secara sebaran wilayah terdampak masih berada di 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota. (*)

Respons Yenny Wahid Soal Ganjar Bertemu Warga Wadas yang Kontra

JawaPos.com – Aktivis Nahdlatul Ulama (NU) Zannuba Ariffah Chafsoh atau Yenny Wahid mengomentari kehadiran Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo lagi ke Desa Wadas.

Menurut putri Presiden RI KH Abdurahman Wahid ini, kehadiran gubernur Jawa Tengah untuk berdialog dengan warga Desa Wadas Kecamatan Bener, Purworejo, positif untuk mendinginkan suasana usai gejolak yang pecah pada Selasa pagi (8/2).

Apalagi, Ganjar mau mendengarkan masukan serta cerita-cerita dari masyarakat yang menolak penambangan batu andesit untuk pembangunan Bendungan bener tersebut.

Yenny berharap, dialog antara warga dengan Ganjar bisa membuahkan solusi. Sehingga, tidak ada pihak manapun yang dirugikan dengan rencana penambangan batu andesit di Desa Wadas.

“Pemimpin yang baik memang harus berani berdialog langsung dengan masyarakat agar bisa mendengar berbagai persektif yang ada, baik yang pro maupun kontra,” ujar Yenny Wahid kepada wartawan, seperti dikutip Radar Tegal (Jawa Pos Group), Senin (14/2).

“Diharapkan dengan adanya dialog bisa ditemukan solusi yang paling baik untuk semua,” tuturnya.

Yenny menyampaikan, pemerintah sepatutnya melakukan pendekatan dialogis serta tidak menggunakan intimidasi dan kekerasan terhadap masyarakat.

“Jangan sampai muncul retorika yang memecah belah yang mengakibatkan hilangnya suasana guyub di masyarakat. Terakhir, pemerintah harus bisa menjadi pengayom yang mendamaikan masyarakat, apapun pilihan warga nantinya,” pungkasnya.

Rekor Kematian Sejak Gelombang Omicron, 111 Jiwa Meninggal Sehari

JawaPos.com – Dalam tiga hari berturut-turut, angka kematian akibat Covid-19 memecahkan rekor di atas 100 jiwa per hari, atau tertinggi selama gelombang varian Omicron. Jumat (11/2) 100 jiwa, Sabtu (12/2) 107 jiwa, Minggu (13/2) 111 jiwa. Kini total sudah 145.176 jiwa meninggal dunia sejauh ini.

Angka kematian tertinggi disumbang oleh DKI Jakarta sebanyak 43 jiwa. Bali sebanyak 17 jiwa. Jawa Tengah dan Jawa Timur 12 jiwa.

Sementara kasus positif harian, Minggu (13/2) bertambah 44.526 orang. Tes yang dilakukan sangat masif yakni 451 ribu tes spesimen. Kini total sudah 4.807.778 orang terinfeksi Covid-19.

Kasus aktif atau pasien positif yang masih membutuhkan perawatan medis terus bertambah naik pesat yakni 17.499 kasus. Kini total kasus aktif atau mereka yang membutuhkan perawatan atau masih sakit meroket jadi 352.859 orang.

Provinsi paling banyak konfirmasi kasus positif harian paling banyak disumbang oleh DKI Jakarta sebanyak 10.172 orang. Lalu disusul oleh Jawa Barat 10.050 orang, dan Banten 5.592 orang.

Jumlah kasus suspek sebanyak 26.916 kasus. Angka kesembuhan harian sebesar 26.916 orang sembuh per hari. Paling banyak pasien sembuh disumbang oleh DKI Jakarta yakni 16.342 orang. Sehingga angka kumulatifnya bertambah melebihi 4,3 juta orang sembuh atau tepatnya 4.309.763 orang

Sementara positivity rate orang harian naik di angka 16,34 persen atau lebih dari 3 kali batas WHO dan positivity rate orang mingguan (16-22 Januari 2022) di bawah angka 16,04 persen. Secara sebaran wilayah terdampak masih berada di 34 provinsi dan 510 kabupaten/kota.

22 WNI Ditahan Polisi Malaysia, KBRI Masih Cari Info

JawaPos.com – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur tengah mencari kepastian ke pihak berwenang terkait informasi penahanan 22 orang warga negara Indonesia (WNI) yang masuk Malaysia secara tidak resmi.

“Kami tengah memastikan kepada pihak yang berwenang atas penahanan WNI yang masuk melalui jalur laut secara tidak resmi,” ujar Koordinator Fungsi Pensosbud KBRI Kuala Lumpur, Yoshi Iskandar ketika dihubungi di Kuala Lumpur, Minggu.

Dia mengatakan kordinasi akan dilakukan dengan pihak berwajib di Malaysia dan di Indonesia serta permintaan akses kekonsuleran untuk memastikan kondisi 22 WNI tersebut.

Pasukan Polis Marin (PPM) telah menahan 22 pendatang asing tanpa izin (PATI) dalam sebuah perahu di Perairan Sungai Buloh, Selangor, Sabtu malam, (13/2).

PPM menahan PATI tersebut jam 06.30 setelah perahu yang mereka naiki kandas akibat kerusakan mesin setelah beberapa lama dikejar pihak aparat.

Komandan PPM Wilayah Satu Pulau Pinang Asisten Komisioner Shamsol Kassim mengatakan, operasi dijalankan sesuai hasil informasi mengenai perahu yang menjalankan aktivitas penyeludupan migran melalui jalan laut.

Hasil pemeriksaan mendapati semua PATI berusia 20 hingga 53 tahun terdiri dari 22 laki-laki dan tiga wanita tidak memiliki dokumen perjalanan yang sah.

Mereka turut menahan tekong perahu dan dua pembantunya untuk kepentingan penyelidikan. Semua PATI dibawa ke Pangkalan Marin untuk urusan dokumentasi sebelum diserahkan kepada Pegawai Penyelidikan Kantor Penyelidikan Kriminal (JSJ) Kantor Polisi Daerah (IPD) Kuala Selangor.

Dia mengatakan hasil informasi awal mendapati mereka membayar agen di Indonesia antara RM 1,200 (Rp 4,1 juta) hingga RM 1,500 per orang untuk masuk ke Malaysia.

Muncul SMS Blast Atas Nama Ketua KPK, dari Mana Anggaranya?

JawaPos.com – Baru-baru ini, terungkap adanya SMS Blast yang dikirim atas nama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri. Adapun, isinya perihal pesan pribadi berupa kata-kata mutiara, bukan terkait informasi kelembagaan yang berkaitan dengan tugas dan pokok fungsi lembaga antirasuah.

“Manusia sempurna bukanlah manusia yang tidak pernah berbuat salah, tapi manusia yang selalu belajar dari kesalahan. Ketua KPK RI,” demikian isi sms blast yang diposting akun twitter @robi_zam-zam, Minggu (13/2).

Dari postingan tersebut, sejumlah netizen pun langsung menanggapinya. “Belum lapor LHKPN mungkin komandan,” cuit akun @fendybargo.

Sementara Netizen lain mempertanyakan maksud pesan yang disampaikan Firli. “Ya ampun.. Kok norak sekali ya KPK sekarang?. Lucu banget SMS blast resmi @KPK_RI: 1. Pesannya ga jelas. Bukan pesan anti-korupsi. 2. Seharusnya pesannya adalah pesan kelembagaan, bukan pesan dari Ketua KPK. KPK itu kolektif kolegial,” imbuh akun @Paijodirajo.

SMS Blast yang dikirim atas nama Ketua KPK Firli Bahuri patut dipertanyakan. Hal ini karena berdasarkan Peraturan Dewas KPK Nomor 01 Tahun 2020 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Komisi Pemberantasan Korupsi, setiap insan komisi diharuskan “menghindari sikap, tingkah laku, atau ucapan yang dilakukan untuk mencari popularitas, pujian, atau penghargaan dari siapa pun dalam pelaksanaan tugas Komisi ” (Perdewas No.01 Tahun 2020 Bab Perihal Kepemimpinan).

Terkait SMS Blast tersebut, berdasarkan data di website lpse.kemenkeu.go.id/eproc4/lelang, ada tender pengadaan SMS Masking LHKPN Tahun Anggaran 2022 dengan pagu anggaran Rp 999.218.000. Namun, bukan anggaran SMS Blast atas nama Ketua KPK Firli Bahuri yang mengirimkan pesan pribadi berupa petuah.

Sementara itu, ketika dikonfirmasi perihal anggaran SMS Blast Firli, Plt Jubir Penindakan KPK Ali Firil belum merespon pesan konfirmasi yang dilayangkan JawaPos.com. Demikian juga ketika ditanya, kenapa SMS Blast yang dikirim berisi pesan pribadi dan mengatasnamakan Ketua KPK, bukan nama semua komisioner lembaga antirasuah secara kelembagaan.

Kisah Letkol Waluyo, Kuli Bangunan yang jadi Komandan KRI Bima Suci

JawaPos.com – Perjalanan hidup seseorang memang tidak ada yang bisa tahu dan ditebak. Hal ini sebagaimana kepercayaan dalam Islam tentang jodoh, rezeki hingga maut yang telah dituliskan dalam Lauhulmahfudz.

Demikian yang dialami oleh Letnan Kolonel (Letkol) Laut (P) Waluyo. Mantan kuli bangunan yang kini berhasil menjadi Komandan Kapal KRI Bima Suci. Sebuah kapal layar latih milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL).

Semasa kecil, Letkol Laut (P) Waluyo mengaku sama sekali tidak pernah bercita-cita menjadi seorang TNI. Bahkan terlintas pun tidak dipikirannya.

Mungkin, hal itu dilatarbelakangi kondisi ekonomi keluarganya yang tidak seberuntung teman-temannya. Ketika menempuh pendidikan di sekolah dasar (SD) hingga berlanjut ke sekolah menengah pertama (SMP), ia harus hidup dalam kesederhanaan.

Bahkan, salah satu puncak terpahit dalam hidupnya ialah terpaksa harus memupus mimpi untuk bisa menyambung pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA). Alasannya, tidak memiliki biaya.

Yang jelas, jangan bayangkan atau membandingkan kemudahan akses pendidikan di zaman itu dengan kondisi saat ini. Tentu saja kondisinya akan berbeda jauh.

Luapan kesedihan dan perasaan iba karena tidak bisa melanjutkan pendidikan ia tumpahkan. Ia ingat betul memiliki seorang teman sejak duduk di bangku SD hingga SMP melanjutkan studi ke SMA. Sementara, Waluyo hanya bisa menahan impiannya dan seakan pupus karena terhalang masalah finansial.

“Teman saya langsung masuk SMA, sementara saya harus berhenti karena orang tua saya tidak mampu,” kenang Letkol Laut (P) Waluyo.

Dengan mengenakan seragam TNI AL beserta motif loreng khas militer, ia kembali melanjutkan pedihnya perjuangan kala itu. Rasa gigih dan tidak kenal kata menyerah sepertinya memang sudah ada dalam dirinya sejak masih remaja.

Hal itu setidaknya tergambar ketika ia melihat dan menatap hasil Daftar Nilai Ebtanas Murni (DANEM) SMP Tahun 1991/1992 miliknya.

Secarik kertas putih dan sedikit buram, namun masih terlihat jelas tertulis sejumlah deretan nilai Waluyo remaja.

Waluyo merupakan siswa lulusan SMPN 1 Karanganyar, Rayon Kebumen, Jawa Tengah. Pada saat ia menamatkan studi, ada enam mata pelajaran DANEM. Hasil yang diperolehnya juga cukup atau terbilang bagus atau setidaknya sayang jika tidak melanjutkannya ke bangku SMA.

Untuk nilai Mata Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Waluyo meraih hasil paling tinggi yakni 8,67 disusul Bahasa Indonesia 8,11, Matematika 7,33, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 5,67, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 6,83, dan paling rendah Bahasa Inggris 4,40 dengan penjumlahan akhir 41,01.

Melihat rata-rata nilai yang diraihnya, Waluyo merasa layak dan bisa masuk ke sekolah favorit di daerah Gombong.

“Saya kasihan dengan NEM saya ini. Saya harus memanfaatkannya untuk melanjutkan sekolah,” kata dia sembari tersenyum.

Demi menyambung ke sekolah favoritnya, Waluyo menanamkan tekad kuat dan rela menjadi kuli bangunan. Itu adalah satu-satunya cara agar ia bisa melanjutkan pendidikan meskipun ia sadar betul harus tertinggal sekian tahun dari teman-teman seusianya.

Baginya, menjadi tukang atau kuli bukanlah sebuah kehinaan melainkan jadi suatu pelecut semangat demi menggapai mimpi. Selama dua tahun, Waluyo bekerja keras menjadi kuli.

Ia ikut bersama kakaknya yang bekerja sebagai kuli bangunan. Selain untuk menyambung pendidikan sebagaimana yang didambakannya, tentu saja hal itu sekaligus untuk membantu meringankan beban orang tua yang terhimpit masalah ekonomi.

Setelah dua tahun bekerja sebagai kuli, uang atau upah yang ia terima selama itu selalu ditabung. Pada akhirnya, saat penerimaan siswa tahun ajaran baru, Waluyo ikut mendaftar ke SMA favoritnya yakni SMA Negeri Gombong.

“Alhamdulillah, saya mendaftar dan diterima,” ujar dia.

Termotivasi

Seiring berjalannya waktu, Waluyo menikmati masa-masa mengenakan seragam putih abu-abu. Pada suatu momen, sekolahnya kedatangan para Taruna Akademi Militer (Akmil).

Tidak disangka, dari beberapa Taruna Akmil yang datang ke sekolahnya, Waluyo seolah mengenali satu di antaranya. Benar saja, ia cukup kaget dan haru melihat teman sewaktu SD dan SMP kini telah menjadi Taruna Akmil.

Sejak kejadian itu, ia mulai terinspirasi untuk menjadi taruna layaknya temannya tersebut. Setelah menamatkan pendidikan, ia mendatangi kedua orang tua dan kerabat terdekat menyampaikan keinginan menjadi seorang taruna. Satu persatu, Waluyo menyambangi sanak familinya sembari meminta doa agar diterima menjadi taruna.

Pada saat akan mendaftar calon Taruna Akmil, Waluyo menegaskan hanya bermodalkan doa dari kedua orang tua dan keluarga besar. “Saya hanya minta doa restu, saya ingin mendaftar taruna,” kata dia.

Kekuatan doa orang tua, saudara, kakek, nenek dan keluarga besar membawa berkah yang begitu besar kepada Waluyo. Ia dinyatakan lulus dan diterima di TNI AL. Kini, ia dipercaya oleh TNI menjabat sebagai Komandan Kapal KRI Bima Suci.

Selain Letkol Laut (P) Waluyo, kisah haru dan penuh perjuangan juga dialami oleh Prada Haidir Anam. Perjalanannya untuk menjadi TNI tidak jauh beda dengan Komandan Kapal KRI Bima Suci tersebut.

Sebelum jadi TNI Angkatan Darat (AD), ia dulunya merupakan seorang tukang atau kuli bangunan. Sekitar medio 2021, Prada Haidir Anam menyelesaikan pendidikannya.

Semasa menjadi kuli bangunan, Prada Haidir Anam memiliki seorang sahabat yang juga kuli bangunan di Markas Besar (Mabes) TNI AD yang bernama Sandi.

Dalam perjalanan hidupnya, sosok Sandi memiliki peran besar atas apa yang telah diraih oleh Prada Haidir Anam saat ini. Meskipun memiliki penyakit dan keterbatasan, Sandi banyak membantu sahabatnya itu ketika ikut seleksi masuk TNI.

Sandi Rihata, sahabat Prada Haidir Anam mengaku senang dan bahagia karena teman seperjuangannya berhasil menjadi prajurit TNI.

Pada saat pelantikan Prada Haidir Anam, Sandi tidak bisa hadir langsung karena sakit. Ia kecewa karena tak bisa bertemu dengan sahabatnya yang kini jadi prajurit TNI tersebut.

“Sebenarnya Sandi ingin sekali bertemu Anam, tapi karena sakit tidak bisa datang,” ujarnya.

Namun, perasaan kecewa tersebut terbayar lunas saat Prada Haidir Anam datang langsung ke Mabes AD menemuinya dan rekan-rekan seperjuangan waktu masih bekerja sebagai tukang bangunan.

Dari dua kisah perjalanan hidup personel TNI tersebut mengajari kita semua banyak hal. Setidaknya, dalam situasi tersulit pun cita-cita tetap bisa diraih asalkan memiliki semangat dan tekad yang kuat.

Komandan KRI Bima Suci Ini Pernah Jadi Kuli Bangunan Selama Dua Tahun

JawaPos.com – Semasa kecil, Letkol Laut (P) Waluyo mengaku sama sekali tidak pernah bercita-cita menjadi seorang TNI, terlintas pun tidak dipikirannya. Namun perjalanan hidup seseorang memang tidak ada yang bisa ditebak.

Waluyo kini duduk sebagai Komandan Kapal KRI Bima Suci. Salah satu unit kapal layar latih milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut (AL).

Latar belakang, ekonomi keluarga Waluyo tidak seberuntung teman-temannya. Ketika menempuh pendidikan di sekolah dasar (SD) hingga berlanjut ke sekolah menengah pertama (SMP), ia harus hidup dalam kesederhanaan.

Bahkan, salah satu puncak terpahit dalam hidupnya ialah terpaksa harus memupus mimpi untuk bisa menyambung pendidikan ke sekolah menengah atas (SMA). Alasannya, tidak memiliki biaya. Jangan bayangkan atau membandingkan kemudahan akses pendidikan di zaman itu dengan kondisi saat ini. Tentu saja kondisinya akan berbeda jauh.

Luapan kesedihan dan perasaan iba karena tidak bisa melanjutkan pendidikan ia tumpahkan. Ia ingat betul memiliki seorang teman sejak duduk di bangku SD hingga SMP melanjutkan studi ke SMA. Sementara, Waluyo hanya bisa menahan impiannya dan seakan pupus karena terhalang masalah finansial.

“Teman saya langsung masuk SMA, sementara saya harus berhenti karena orang tua saya tidak mampu,” kenang Letkol Laut (P) Waluyo.

Waluyo merupakan siswa lulusan SMPN 1 Karanganyar, Rayon Kebumen, Jawa Tengah. Pada saat ia menamatkan studi, ada enam mata pelajaran DANEM. Hasil yang diperolehnya juga cukup atau terbilang bagus atau setidaknya sayang jika tidak melanjutkannya ke bangku SMA.

Waluyo merupakan siswa lulusan SMPN 1 Karanganyar, Rayon Kebumen, Jawa Tengah. Pada saat ia menamatkan studi, ada enam mata pelajaran DANEM. Hasil yang diperolehnya juga cukup atau terbilang bagus atau setidaknya sayang jika tidak melanjutkannya ke bangku SMA.

Untuk nilai Mata Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Waluyo meraih hasil paling tinggi yakni 8,67 disusul Bahasa Indonesia 8,11, Matematika 7,33, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 5,67, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 6,83, dan paling rendah Bahasa Inggris 4,40 dengan penjumlahan akhir 41,01.

Melihat rata-rata nilai yang diraihnya, Waluyo merasa layak dan bisa masuk ke sekolah favorit di daerah Gombong.

“Saya kasihan dengan NEM saya ini. Saya harus memanfaatkannya untuk melanjutkan sekolah,” kata dia sembari tersenyum.

Demi menyambung ke sekolah favoritnya, Waluyo menanamkan tekad kuat dan rela menjadi kuli bangunan. Itu adalah satu-satunya cara agar ia bisa melanjutkan pendidikan meskipun ia sadar betul harus tertinggal sekian tahun dari teman-teman seusianya.

Baginya, menjadi tukang atau kuli bukanlah sebuah kehinaan melainkan jadi suatu pelecut semangat demi menggapai mimpi. Selama dua tahun, Waluyo bekerja keras menjadi kuli.

Ia ikut bersama kakaknya yang bekerja sebagai kuli bangunan. Selain untuk menyambung pendidikan sebagaimana yang didambakannya, tentu saja hal itu sekaligus untuk membantu meringankan beban orang tua yang terhimpit masalah ekonomi.

Setelah dua tahun bekerja sebagai kuli, uang atau upah yang ia terima selama itu selalu ditabung. Pada akhirnya, saat penerimaan siswa tahun ajaran baru, Waluyo ikut mendaftar ke SMA favoritnya yakni SMA Negeri Gombong.

“Alhamdulillah, saya mendaftar dan diterima,” ujar dia.

Seiring berjalannya waktu, Waluyo menikmati masa-masa mengenakan seragam putih abu-abu. Pada suatu momen, sekolahnya kedatangan para Taruna Akademi Militer (Akmil).

Tidak disangka, dari beberapa Taruna Akmil yang datang ke sekolahnya, Waluyo seolah mengenali satu di antaranya. Benar saja, ia cukup kaget dan haru melihat teman sewaktu SD dan SMP kini telah menjadi Taruna Akmil.

Sejak kejadian itu, ia mulai terinspirasi untuk menjadi taruna layaknya temannya tersebut. Setelah menamatkan pendidikan, ia mendatangi kedua orang tua dan kerabat terdekat menyampaikan keinginan menjadi seorang taruna. Satu persatu, Waluyo menyambangi sanak familinya sembari meminta doa agar diterima menjadi taruna.

Pada saat akan mendaftar calon Taruna Akmil, Waluyo menegaskan hanya bermodalkan doa dari kedua orang tua dan keluarga besar.

“Saya hanya minta doa restu, saya ingin mendaftar taruna,” kata dia.

Kekuatan doa orang tua, saudara, kakek, nenek dan keluarga besar membawa berkah yang begitu besar kepada Waluyo. Ia dinyatakan lulus dan diterima di TNI AL. Kini, ia dipercaya oleh TNI menjabat sebagai Komandan Kapal KRI Bima Suci.

Selain Letkol Laut (P) Waluyo, kisah haru dan penuh perjuangan juga dialami oleh Prada Haidir Anam. Perjalanannya untuk menjadi TNI tidak jauh beda dengan Komandan Kapal KRI Bima Suci tersebut.

Sebelum jadi TNI Angkatan Darat (AD), ia dulunya merupakan seorang tukang atau kuli bangunan. Sekitar medio 2021, Prada Haidir Anam menyelesaikan pendidikannya.

Semasa menjadi kuli bangunan, Prada Haidir Anam memiliki seorang sahabat yang juga kuli bangunan di Markas Besar (Mabes) TNI AD yang bernama Sandi.

Dalam perjalanan hidupnya, sosok Sandi memiliki peran besar atas apa yang telah diraih oleh Prada Haidir Anam saat ini. Meskipun memiliki penyakit dan keterbatasan, Sandi banyak membantu sahabatnya itu ketika ikut seleksi masuk TNI.

Sandi Rihata, sahabat Prada Haidir Anam mengaku senang dan bahagia karena teman seperjuangannya berhasil menjadi prajurit TNI. Pada saat pelantikan Prada Haidir Anam, Sandi tidak bisa hadir langsung karena sakit. Ia kecewa karena tak bisa bertemu dengan sahabatnya yang kini jadi prajurit TNI tersebut.

“Sebenarnya Sandi ingin sekali bertemu Anam, tapi karena sakit tidak bisa datang,” ujarnya.

Namun, perasaan kecewa tersebut terbayar lunas saat Prada Haidir Anam datang langsung ke Mabes AD menemuinya dan rekan-rekan seperjuangan waktu masih bekerja sebagai tukang bangunan.

Dari dua kisah perjalanan hidup personel TNI tersebut mengajari kita semua banyak hal. Setidaknya, dalam situasi tersulit pun cita-cita tetap bisa diraih asalkan memiliki semangat dan tekad yang kuat.

Back to Top
Product has been added to your cart
Compare (0)